PENGGEMAR RAHASIA
By Andi Jusni
panas matahari siang ini sebenarnya bisa membuat cucian basah di jemuran kering dalam sekejap. Tapi Andika mengiakan juga ajakan Ronald untuk melihat Citra, cewek itu sudah diincar Ronald sejak 2 bulan lalu sayangnya Citra masih kelas 3 SMP jadi Ronald belum mau PDKT Iya menunggu Citra masuk SMA.
karena belum bisa PDKT itulah selama ini Ronald hanya melihat Citra dari jauh melihat memperhatikan mengamati kadang Ronal "mengantar" cewek itu pulang mengantar dalam tanda kutip karena ia tidak pernah tahu ada cowok yang terkadang ikut naik bus yang ditumpanginya hanya karena ingin melihatnya lebih lama.
setiap kali habis nongkrong di depan sekolah Citra. Besoknya pasti akan bercerita panjang lebar dan sering banget ceritanya itu nggak penting. Nggak penting untuk orang yang ia paksa untuk mendengarkan dalam hal ini Andika misalnya.
" Citra itu manis banget, dik. mirip artis Korea yang namanya Jang Nara"
" Jang Nara?" Andika mengerutkan kening" yang mana ya?"
meskipun petunjuk paling komplit yang bisa menggambarkan betapa manisnya Citra ternyata tidak diketahui Andika itu tidak menghalangi Ronald terus menceritakan gebetannya Itu.
" tu cewek kalau pakai baju olahraga cakep banget dik. Seksi, imut", Puji Ronald suatu hari dengan mata berbinar-binar
" imut apa seksi?" tanya Andika.
"seksinya imut. bukan seksi yang menggoda, gitu. Pokoknya manis deh,sumpah!"
" imut,seksi atau manis yang jelas dong informasinya,"
" imut! seksi! Manis!" tanda's Ronald.
info nggak penting lainnya......
" Citra Kalo lagi keringetan, terus rambutnya berantakan cakep banget
! lainnya lagi masih nggak penting juga....
" kemarin dia olahraga pakai biru biru kaos biru sama celana pendek biru ternyata cewek kalau pakai biru-biru jadi kelihatan cakep ya?"
tapi pernah juga ada info yang penting-penting untuk bahan renungan Andika bahwa jika suatu saat nanti dirinya Jatuh Cinta Ada kemungkinan akan jadi gila juga seperti sahabatnya itu isi infonya sendiri sih masih tetap nggak penting
" namanya Citra Dewi kelas 3 SMP pelajaran yang disenanginya biologi sama matematika, warna favorit biru, olahraga yang disenangi enggak ada, Jadi kalau lagi jam olahraga tuh cewek lebih sering nongkrong-nongkrong atau ngisengin teman-temannya. Gue pernah merhatiin main basket, main voli nya juga parah banget ancur, dan main bulutangkis asal-asalan. satu satunya olahraga yang dia jago cuma lari, itu cewek cepet banget larinya Apa karena dia suka ngisengin orang ya Jadi kudu bisa lari cepat biar nggak dijitak rame-rame.
sejak Ronald berhenti membaca catatannya ia tertawa geli
" makanan favorit, kalau yang berat somay sama bakso. kalau yang enteng: bakwan sama tahu isi. Sama kayak gue!" serunya kemudian dengan girang. berarti kami jodoh! "
Andika mengendus. "cuma sama-sama seneng bakwan sama tahu isi aja kok jodoh," gerutunya.
tapi Ronal tidak peduli Ia teruskan membaca catatannya.
" kalau lagi belajar senengnya sambil dengerin radio kalau enggak dengerin radio dia jadi ngantuk. Genre film yang dia senangi: Roman komedi Dia benci banget film horor. dia penggila komik Jepang. Dia pernah nge-fans sama Peterpan, tapi sekarang udah nggak lagi sejak Nidji muncul. dia juga pernah ngefans berat sama Aa Gym. Katanya, nggak deh. Makasih karena ternyata Aa penganut poligami. makanya Citra punya cita-cita pengen jadi menteri ham atau menteri pemberdayaan perempuan, biar punya kuasa bikin undang-undang agar suami yang kawin lagi di penjara aja"
kepala Ronald menyembul dari sisi kertas yang sedang di bacanya, yang selama ini menghalangi mukanya dari pandangan Andika.
" feminis radikal. Jawa juga" Ronald tertawa geli.
Andika ternganga." Gimana caranya lo bisa dapat informasi-informasi itu?" tanyanya takjub.
pokoknya gue tau," jawab Ronald pendek.
banyak lagi info nggak penting tentang Citra yang selalu disampaikan Ronald kepada Andika, yang terpaksa terus menyimak atas nama persahabatan.
masalahnya adalah, saat detik-detik menjelang Citra tamat SMP ini, frekuensi pengamatan Ronald semakin tinggi lagi. bahkan Ronald sama sekali tak peduli cerita itu baru saja diceritakannya tadi pagi. panjang lebar pula.
" ini serunya, " katanya kalem, bodo amat sama tampang bete Andika.
Andika tahu Ronald Merasa punya alasan kuat untuk memaksanya mendengarkan semua cerita tentang Citra, karena alasan itu pernah dikatakannya.
"elo belum pernah tahu anaknya sih, Coba kalau udah tahu, pasti lu ngerti kenapa Gue suka banget sama dia dan selalu pengen cerita tentang dia."
" udah. lu kan punya foto-fotonya, biasa aja tuh."
" kesannya pasti beda kalau lo udah ngelihat langsung."
Ronald memang menyimpan banyak foto Citra yang di shootnya secara diam-diam. untung foto-foto itu cuma disimpan nya di kamar, nggak dibawa-bawa. karena menurut Andika, bawa-bawa foto cewek yang kita taksir atau kita incar Tapi masih belum ketauan tu cewek Naksir juga apa Nggak, cuma berlaku kalau kita ngincer artis. Jadi kalau ternyata entar ditolak, ya biasa aja. nggak malu-maluin.
makanya Andika berharap banget Ronald mengajaknya dalam pengamatan Citra berikutnya. supaya besok-besok kalau Ronald bercerita tentang Citra dengan berapi-api dan bermenit-menit, dirinya tidak perlu mendengarkan keseluruhan cerita. Cukup dua tiga kalimat, kemudian bisa langsung di -cut
"Gue udah tauuuuu! "
harapan Andika terkabul pagi ini, mendadak Ronald mengajak sahabat sekaligus teman sebangkunya itu menemaninya melihat Citra.
"mau!" Andika langsung menjawab dengan nada seperti akan diajak liburan gratis ke Bali.
" semangat amat sih lu?" Ronald jadi agak heran.
" gue jadi penasaran. kayak apa sih itu cewek? soalnya elo ceritanya heboh mulu, " Andika menjawab sambil menyeringai lebar.
begitu bel pulang berbunyi, mengabaikan panas matahari yang sudah dijelaskan di awal cerita bisa mengeringkan cucian bahasa dalam sekejap keduanya segera meninggalkan sekolah. Ronald takut Citra keburu pulang, karena mereka masih harus naik bus kira-kira 15 menit untuk sampai ke sekolah cewek itu.
turun dari bus, Ronald langsung mengajak Andika ke taman yang ada di depan sekolah Citra. tidak Berapa lama terdengar bunyi bel disusul siswa-siswa yang berhamburan keluar dari pintu-pintu kelas. Ronald langsung gelisah. lehernya terjulur panjang. sepasang matanya bergerak cepat, mencari cari.
Tapi, sampai kerumunan cowok cewek berseragam putih biru itu berkurang, terus berkurang, dan akhirnya habis sama sekali ditelan bajaj, mobil jemputan, mobil pribadi, atau menghilang di ujung-ujung jalan di kiri kanan, orang yang mereka tunggu-tunggu tidak kelihatan sama sekali. muka Ronald yang tadinya cerah langsung mendung pekat.
" kok dia nggak ada ya? jangan-jangan nggak masuk,"
suaranya yang penuh semangat, berisik karena nggak berhenti ngoceh, kini mendadak lemah. jadi begitu kecewa. begitu sedih, begitu gelisah, begitu muram. jadi patah semangat. sebentar-bentar Ronald menarik nafas panjang, bolak-balik mendecakkan lidah, bikin Andika menahan tawa.
" ada pelajaran tambahan, kali? anak kelas 3 biasanya kan gitu? " hiburnya.
" Oh, iya ya" mendung di wajah Ronald seketika tersapu bersih. wajah itu menjadi berseri-seri lagi.
Andika Jadi menyesal sudah melontarkan kalimat itu, karena sampai 1 jam kemudian Citra masih belum juga kelihatan Sementara panas matahari yang terik nya bisa bikin kulit gosong itu kegarangannya belum juga berkunjung belum juga berkunjung. namun Ronald tetap segar bugar tatapannya masih tertuju lurus ke bangunan sekolah di depannya. Masih penuh semangat di sebelah nya , Andika nyaris kering karena bete dan dehidrasi akut. Akhirnya cowok itu tidak sanggup lagi.
" kita di sini sampe kapan nih? Entar malem apa besok pagi?
Ronal menoleh kaget. Langsung disarankan nya aurat bete yang melingkupi Andika Andika sangat berbeda dengan Aura cinta yang dirasakannya dari bangunan sekolah di depannya. Ronald menyeringai, merasa bersalah karena telah melupakan orang yang sedari tadi sudah menemani nya.
satu jam lagi deh, kalau sampai 1 jam lagi dia belum nongol juga, berarti dia emang gak masuk.
satu jam lagi ya?, Andika mengerutkan keningnya dalam dalam, pura-pura berpikir. Ok deh, Kayaknya pas.
Apanya yang pas? Ronald menatap sahabatnya itu dengan pandangan heran.
tingkat ke kisut-annya, jawab Andika enteng. Iya mengatakan itu sambil senyum-senyum. senyum-senyum Sumir, singkat dan nggak jelas." karena satu jam lagi kayaknya gue bakalan sekering mumi mumi Firaun Mesir kuno. kalau lo tanya ke orang yang lewat siapa yang mati duluan, gue apa Firaun Firaun itu, pasti nggak ada yang bisa jawab. malah bisa jadi mereka nyangka yang ada di Mesir sana itu mumi nya Ramses II, sementara yang di sebelah ini, mumi nya Ramses I.
sejenak Ronald ternganga, kemudian tertawa geli.
" bilang aja haus, gitu. ribet amat pakai sampai ke Mesir kuno segala."
" lagian, lo tu emang gak tau terima kasih bange, ya?
udah minta ditemenin nyatronin gebetan pas panas abis kayak gini, gue dianggurin, lagi. enggak dijajanin sama sekali. beliin es apa kek gitu. biar gue nggak garing. gue udah dehidrasi banget nih.
" iya, iya. Sorry, Dik. " Ronald merogoh saku kemeja sekolahnya. dikeluarkannya selembar Rp5.000 lalu diberikannya pada Andika. "Nih"
muka Andika jadi agak cerah. Iya bangkit berdiri dan segera berjalan menuju warung makan Tak membawa 2 kantong plastik berisi es teh manis dan plastik gorengan. dikeluarkannya es teh bagian Ronald.
Karena perut sudah terisi dan ada penangkal ancaman kekeringan, Andika jadi tenang. namun sampai batas waktu yang ditentukan Ronald sudah habis, Citra belum juga kelihatan. kali ini sepertinya dugaan Ronald benar. Citra tidak masuk. jam pulang sekolah sudah lama lewat dan tidak ada lagi siswa yang keluar dari sekolah itu. muka Ronaldo langsung Mendung lagi lebih pekat daripada tadi.
" bener kan dia nggak masuk.....," desahnya berat.
" Ya udah kalau gitu Yuk, balik. udah sore nih, Andika bangkit berdiri. dikibas-kibaskan nya kaos olahraga nya yang sejak tadi dia gunakan untuk alas duduk Ronald mengikuti dengan ogah-ogahan .
" Kenapa dia nggak masuk ya? jangan-jangan sakit? Desahnya, suaranya begitu sarat dengan kecemasan
mudah-mudahan aja nggak Paling dia kecapekan gara-gara belajar di forsir, yuk balik" Andika merangkul bahu Ronaldo memaksa Sya'ban itu pergi dari situ
Karena kemarin tidak berhasil melihat Citra siang nanti Ronald berniat kembali lagi ke sekolah cewek itu.
" gue takut dia sakit, katanya. Bukan suaranya aja yang cemas, ekspresi wajahnya juga. seakan-akan mereka sudah saling kenal dan akrab pula. Andika jadi menahan seringnya geli yang sudah hampir tercetak di bibirnya.
" Biarin ajalah sakit juga ada orang tuanya
. " Emang kalau ada orang tuanya terus gue nggak boleh khawatir gitu?
khawatir juga percuma orang kerjaan lo selama ini cuma ngeliatin doang
Ronald jadi meringis
Iya sih tapi boleh kan gue kuatir India ,ntar ikut lagi nggak dik?
ikut deh jadi penasaran!
namun saat menjelang bel pulang berbunyi mendadak turun hujan lebat
" jadi nggak,Ron? ujan nih, bisik Andika, sambil tetap menyala materi pelajaran biologi ke buku catatannya.
jadi dong! "Tandas Ronald, juga dengan berbisik.
dan begitu bel pulang berbunyi beberapa gelintir siswa nekat menerobos lebatnya hujan termasuk Ronald dan Andhika. keduanya berlari cepat menuju halte tidak jauh dari sekolah tapi ternyata hujan lebih tidak turun terlalu lama ketika mereka turun di halte dekat sekolah Citra hujan sudah benar-benar berhenti menyisakan udara sejuk dan bau tanah basah.
keduanya bergerak menuju taman di seberang sekolah Citra belum lama keduanya berdiri di depan pagar Taman terdengar bunyi bel dari gedung sekolah Citra tak lama pintu-pintu kelas terbuka dan siswa siswi berseragam putih biru berhamburan keluar dari sana guru dan siswa itu kemudian berhenti di trotoar depan sekolah. hujan lebat Tadi hanya turun sebentar tapi cukup membuat sisi jalan di depan sekolah Citra tergenang air
sebagian anak memilih jalan memutar menghindari genangan sementara sebagian lagi memilih menyusuri gendangan itu dengan perlahan dan hati-hati di tempat yang paling dangkal
tiba-tiba orang yang mereka tunggu-tunggu sejak kemarin muncul. Menyeruak begitu saja di antara kerumunan Ronald terpanas se saat ia cuma bisa menatap kita lurus lurus tanpa bicara.
rambut Citra yang sedikit melewati bahu diikat ekor kuda ikatan yang asal-asalan sehingga beberapa helai rambut tipis dan tengkuknya. wajahnya juga seperti yang sering dilihat Ronald sedang tersenyum lebar atau tertawa.
" itu anaknya!" seru Ronald tertahan. diteguknya lengan Andika.
" mana? Andika langsung mencari-cari sososk citra, tak lama ia mencari akhirnya iya menemukan sosok citra itu.
***